segera menjalankan “outbreak response immunization” (ORI) periode
kedua, untuk difteri.
“Sejumlah wilayah menjadi fokus perhatian karena ada beberapa
lingkungan yang warganya menolak anaknya diberi vaksin terkait
informasi efek samping akibat diberi vaksin,” kata Kepala Seksi
Surveilans dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Dinkes Cianjur, Asep Helmiono di Cianjur Kamis.
Ia mengatakan, untuk vaksin ORI diberikan dalam waktu tiga
bulan sekali secara bertahap.
“Periode kedua akan diberikan pada Agustus, beberapa hari lalu
ada puskesmas yang sudah menjalankan ada juga yang belum.
Agustus ini sudah selesai untuk periode kedua,” katanya.
Ia menuturkan, dihitung dengan vaksinasi ORI pada Februari,
sudah 70 persen penduudk usia 1-19 tahun yang diberi vaksin
utamanya usia pelajar yang terus ditingkatkan.
Pada periode kedua, tambah dia, vaksin kembali dilakukan dengan
menyisir setiap sekolah yang sudah terbuka untuk melaksanakan
vaksin pada siswanya.
Seperti saat pemberian vaksin MR dan ORI periode pertama,
pihakny akan melaksanakan di setiap sekolah agar lebih efektif.
Mereka yang tidak masuk, dijadwaklkan atau dilakukan di
posyandu dan ke rumah masing-masing.
“Cianjur menjadi salah satu daerah yang didampingi langsung
oleh WHO untuk pelaksanaan vaksin, baik MR ataupun ORI difteri.
Sebanyak 12 kecamatan masuk dalam pengawasan utama karena ada
beberapa hambatan,” katanya.
Pada beberapa wilayah tersebut, masih banyak halangan seperti
penolakan secara personal ataupun kelompok karena adanya isu
tentang efek samping ataupun alasan lainnya menjadi hambatan.
“Harapan kami periode kedua pelaksanaan vaksin di Cianjur terus
berjalan maksimal seperti vaksin MR di tahun lalu yang bisa
mencapai 97 persen dari target,” katanya.